Manfaat Mindfulness Bagi Anak dan Remaja

#mindfulnessremaja

Mindfulness adalah praktik meditasi yang membantu Anda menjadi lebih tenang. Sebagai langkah awal, Anda dapat memulainya dengan fokus pada pernapasan. Hal ini membantu Anda untuk lebih menaruh perhatian penuh pada masa sekarang daripada mengkhawatirkan masa lalu atau masa depan.

Mindfulness juga memiliki berbagai manfaat bagi remaja, dan bahkan anak kecil. Seperti dalam menangani anak atau remaja yang memiliki kesulitan dalam mengendalikan rasa marah atau pada kasus anak / remaja yang cenderung impulsif, anak-anak dengan ADHD, depresi, kecemasan, atau autisme. Berdasarkan riset-riset yang pernah dilakukan, mindfulness terbukti dapat menjadi salah satu alternatif dalam menangani permasalahan-permasalahan tersebut.

Berlatih mindfulness, membuat anak / remaja menjadi lebih tenang dalam menghadapi tantangan sehari-hari. Melalui tarikan dan hembusan napas yang dilakukan, mereka akan lebih memperhatikan proses yang terjadi.

Proses ini mengajarkan pada mereka untuk mengamati perasaan-perasaan yang dialami, bahkan perasaan yang menjengkelkan sekalipun. Momen ini memberi kesempatan pada mereka untuk memutuskan apa yang ingin mereka lakukan tentang perasaan kesal tersebut, dibandingkan langsung bereaksi. Misalnya, mindfulness dapat membantu mereka dalam menurunkan kecemasan yang dirasakan.

Seorang terapis mindfulness, Saltzman, membantu anak-anak dalam memahami emosi yang dirasakan dengan meminta mereka menemukan “tempat yang tenang dan sunyi”. Dari sana, mereka dapat belajar mengamati pikiran dan perasaannya, sehingga dapat mulai memilih bagaimana cara bereaksi secara tepat. Dalam praktiknya, Saltzman menghadapi berbagai tantangan ketika mengajarkan mindfulness kepada anak-anak dan remaja. Mindfulness digunakan pada anak dengan ADHD, gangguan kecemasan, depresi, autisme, dan masalah dalam mengendalikan rasa marah.

Saltzman juga melakukan penelitian bersama dengan para peneliti di Stanford University yang menunjukkan bahwa setelah 8 minggu pelatihan mindfulness, siswa kelas empat hingga enam yang terlibat dalam penelitian tersebut dilaporkan mengalami penurunan kecemasan dan peningkatan perhatian. Mereka menjadi kurang reaktif secara emosional dan mempertimbangkan terlebih dahulu perilaku yang lebih sesuai untuk ditampilkan, sehingga mereka menjadi lebih mampu dalam menangani tantangan sehari-hari.

Saat melatih mindfulness pada siswanya, Saltzman memulainya dengan meminta para siswa untuk memperhatikan tarikan dan hembusan nafas mereka. Saat berlatih teknik ini, Saltzman menggunakan ruangan yang tenang dan nyaman. “Saya mengundang mereka untuk beristirahat di ‘ruang’ antara tarikan dan hembusan nafas yang mereka lakukan. Kemudian saya jelaskan bahwa ‘ruang yang sunyi’ ini selalu bersama kita—saat kita sedih, saat kita marah, gembira, bahagia, atau frustrasi. Mereka bisa merasakannya di tubuh mereka dan itu menjadi pengalaman untuk menjadi lebih hadir dengan penuh kesadaran di momen saat ini. Mereka dapat belajar mengamati pikiran dan perasaan mereka, dan hal terbesar bagi saya adalah mereka dapat mulai memilih untuk menampilkan perilaku mereka”, tutur Saltzman.

Referensi:

Juliann Garey (2023). The Power of Mindfulness. Child Mind Institute. https://childmind.org/article/the-power-of-mindfulness/